Review Film : My Name is Khan Bahasa Indonesia
Alur maju-mundur dalam film ini tidak begitu menganggu karena flash back ditempatkan di sela-sela perjalanan Ridvan. Banyak orang yang dia temui dari mulai sepasang muslim yang enggan sholat karena menyesuaikan diri dengan orang disekitarnya yang bukan muslim, pemilik penginapan yang diserang oleh berandalan karena dia orang India dan dikira muslim, hingga seorang anak Afrika-Amerika, Joel, yang tinggal di Wilhemina, Georgia.
Dia tinggal di rumah Joel dan Mama Jenny. Adegan yang menyedihkan saat Ridvan bercerita tentang Sam di Gereja Wilhemina.
Dia menceritakan apa adanya dan membuat orang-orang, yang juga kehilangan anak dan saudara akibat perang, meneteskan air mata.
Ridvan tidak bisa berkata lagi. Dia tidak bisa menangis meskipun hatinya sangat sakit. Joel melengkapi suasana itu dengan menyanyikan lagu We Shall Overcome dan Ridvan bergumam lagu very Indianya Honge Kaamyaab yang pernah dinyanyikan dengan Madira.
Semua orang di gereja berdiri dan bernyanyi untuk Ridvan. “We shall overcome, We shall overcome, We shall overcome, some day. Oh, deep in my heart, I do believe. We shall overcome, some day.”
Ridvan melanjutkan perjalanan, sebelumnya dia gagal menemui Presiden, sehingga kini di Los Angeles dia memprediksi jalur yang akan dilewati Presiden. Dia berdoa terlebih dahulu di mesjid, disana Faisal Rahman (Arif Zakaria) sedang berpidato dan menyerukan untuk melawan bangsa Yahudi. Ridvan menentangnya dan melemparkan kerikil sambil meneriakan kata setan pada Faisal Rahman.
Ridvan menghubungi FBI dan mengatakan kalau disana ada teroris, tapi mereka tidal merespon. Saat Presiden Bush datang, dia menerobos kerumunan orang sambil meneriakan “My name is Khan and I am not a terrorist!” Seorang reporter merekam Ridvan dan sadar apa yang dikatakannya, namun orang disekitarnya mengira kalau dia teroris. Ridvan ditangkap dan diletakan di sel yang sewaktu-waktu suhunya berubah dari panas hingga dingin seperti dalam lemari es.
Reporter magang yang merekam Ridvan penasaran dengan pernyataannya dan dia yakin pria bernama Khan itu bukan teroris. Di medianya rekaman itu ditolak, sehingga dia meminta tolong pada Reporter senior untuk menayangkannya. Zakir dan Haseena diwawancarai, mereka menjawab pertanyaan mengenai alasan Khan melontarkan pertanyaan itu. Lalu hal itu menimbulkan empati dan dukungan dari berbagai pihak. Ridvan pun dibebaskan. Kepolisian melacak rekaman suara saat Ridvan menghubungi FBI dan menangkap Faisal Rahman.
Saat Ridvan akan keluar kantor polisi dia mencium parfum Madira. Dia berlari ke pintu belakang mengikuti aroma istrinya dan melihat Madira yang akan naik taksi. Dia merasa tenang saat melihatnya lagi, tapi belum bisa kembali karena belum menepati janjinya.
Di toko barang elektronik dia melihat tayangan mengenai badai yang melanda Wilhemina, Georgia. Dia mengkhawatirkan Mama Jenny dan Joel, sehingga dia menunda perjalanannya. Banjir setengah badannya tidak membuatnya menyerah, semua rumah telah hancur dan telah banyak korban yang meninggal.
Dia menuju gereja dan menemukan semua orang berkumpul disana dalam keadaan yang memprihatinkan. Untunglah Mama Jenny dan Joel selamat. Mama Jenny terkejut melihat Ridvan datang, dia menyuruhnya pergi karena disana sangat berbahaya. Tepat saat itu atap gereja roboh dan Ridvan memperbaiki semuanya. Hanya satu yang tak bisa Ridvan perbaiki, yaitu nyawa seseorang.