Pemimpin Yang Dirindukan
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seburuk-buruknya ulama adalah mereka yang mengunjungi para pemimpin, dan sebaik-baiknya para pemimpin adalah mereka yang mengunjungi ulama. Sebaik-baik pemimpin adalah ia yang berada didepan pintu rumah orang fakir, dan seburuk-buruk orang fakir adalah ia yang berada di depan pintu rumah pemimpin.”.
Adapun makna ulama yang mendatangi pemimpin adalah seburuk-buruk ulama yang bergantung pada para pemimpin, semua yang mereka lakukan demi mendapatkan simpati dari para pemimpin. Adapun ilmu yang mereka miliki diniatkan sebagai alat komunikasi dengan para pemimpin agar diberi penghormatan dan jabatan yang tinggi. Mereka mengubah dirinya dari bodoh menjadi berilmu semata-mata demi para pemimpin.
Hadits di atas bisa menjadi inspirasi bagi para pemimpin saat ini yang membagi bantuan langsung tunai atau BLT. Datangilah para fakir miskin dan berilah santunan tersebut, sehingga tidak berdesak-desakan melanggar protokol COVID-19. Dengan datang ke rumah-rumah para penerima bantuan, para pemimpin akan mengetahui kondisi yang sebenarnya, sehingga kesalahan sasaran akan diminimalkan. Kerendahan hati para pemimpin yang mau datang ke rumah-rumah fakir miskin menunjukkan jalannya menuju Allah SWT.
Kelahiran Sang Pemimpin biasanya sudah melalui ujian yaitu, di kala kesempitan dan kelapangan. Beberapa pemimpin berhasil mengendalikan hawa nafsu di saat sempit dan lapang.
Kesempitan membuat seseorang akan berjuang dalam mencapai survive, di sini hati orang yang dalam kesempitan akan selalu dekat dengan Tuhannya dan betul-betul bisa mengontrol hawa nafsunya. Dan berbeda dengan kondisi sebaliknya. Kelapangan, membuat hawa nafsu merajalela, sehingga seseorang akan berjuang habis-habisan untuk mengendalikannya.
Penentuan Pemimpin yang berlaku di negeri ini melalui proses demokrasi yang mengadopsi Barat. Ujiannya masuk dalam kerangka Pilihan Kepala Daerah (Pilkada dan Pilpres). Menjadi Pemimpin bagi yang memenangkan proses Pilkada. Kita belum bisa menguji apakah pemimpin terpilih ini bisa mengendalikan hawa nafsunya di saat sempit maupun di saat lapang?. Yang menjadi fakta saat ini berapa ratus kepala daerah yang tidurnya sudah berpindah dari rumah dinas/pribadi ke rumah negara. Ini contoh Pemimpin yang kalah dengan hawa nafsunya.
Imam Husayn (cucu Rasulullah): Seorang pemimpin tidak saja sebagai negarawan yang berwatak moral yang baik, tetapi juga memajukan cita-cita yang benar dan menjunjung serta menjalankan kekuasaan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Semoga negeri ini saat pelaksanaan Pilkada pada bulan Desember 2020 akan mendapatkan para pemimpin yang dapat mengendalikan hawa nafsunya di saat lapang maupun sempit.
Aunur Rofiq
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )
Sekjen DPP PPP 2014-2016.
Sumber : Detik.com
*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. –Terimakasih (Redaksi)–